Dukun cilik Ponari adalah sebuah Fenomena baru yang masih saja diperbincangkan banyak pihak. Ponari yang dianggap dukun oleh sebagian orang adalah nama yang kembali mencuatkan Jombang kepermukaan setelah Jagal Ryan yang menewaskan 11 korban pada waktu lalu. Ponari dengan segala keluguannya dianggap sakti dan misteri oleh sebagian orang dengan batu dan air mujarabnya yang dipercaya dapat menyembuhkan beberapa penyakit kronis. Rumah sederhana Ponari setiap harinya tidak pernah sepi dari membludaknya para pencari kesembuhan dari air maupun batu ajaib yang dimiliki Ponari. Setiap pulang sekolah, Ponari yang sangat gemar bermain yoyo harus meladeni Ribuan Pasien yang berharap kesembuhan dari dirinya. Namun apakah Fenomena ini adalah bentuk eksploitasi pada anak oleh kedua orang tua Ponari ?
Untuk masyarakat modern tentu saja air mujarab dan batu ajaib dari Ponari hanyalah sebuah sugesti dari kesembuhan yang mereka dapat. Keyakinan pikiran dan psikologi mental akan kesembuhan itulah yang bisa menyebabkan penurunan kadar penyakit yang dimiliki oleh si penderita. Namun bagi sebagian orang, Ponari memang dianggap sebagai anak sakti yang dikirim khusus untuk membantu menyembuhkan berbagai penyakit dengan segala kelebihan yang dimilikinya. Air mujarab Ponari dan batu ajaib adalah "modal kerja" yang menjadi obat kesembuhan segala penyakit. Dari beberapa pengakuan beberapa orang yang telah sembuh dari penyakit, mereka makin percaya bahwa Ponari memanglah anak yang benar-benar ajaib.
Tuduhan Eksploitasi pada anak yang dilakukan oleh orang tua Ponari kini berhembus karena mereka dianggap telah mengeruk keuntungan dari Fenomena anak mereka yang dianggap ajaib oleh sebagian orang. Layaknya artis cilik yang sedang naik daun, maka orang tua Ponari dianggap telah bertindak sebagai seorang manajer artis yang sedang berusaha mempopulerkan anaknya lewat kejadian alam yang dimiliki oleh Ponari. Kak Seto sebagai Ketua Komnas perlindungan anak mengatakan, tuduhan eksploitasi tersebut bisa terjadi jika memang terbukti ada pengekangan kebebasan dan pemaksaan kepada Ponari untuk terus melayani pasien-pasien yang setiap hari datang kerumahnya dan melarang haknya sebagai seorang anak untuk bermain atau menikmati hari-hari ceria bersama teman2nya. Tuduhan eksploitasi tidak bisa terbukti jika sang anak memang menyukai rutinitas yang ia lakukan dan itu ia lakukan bukan hasil paksaan pihak lain.
Ketika dimintai keterangan seputar rutinitas yang saat ini ia kerjakan, sang Dukun cilik ponari inipun mengatakan bahwa ia merasa senang bisa bertemu banyak orang dan membantu orang-orang yang berharap kesembuhan dari dirinya setiap hari. Memang tidak terpancar sebuah tekanan ketika ia mengatakan hal tersebut. Tidak terkesan ia memberikan sebuah jawaban yang telah diatur susunan katanya. Apakah memang Ponari menyukai aktivitas yang sangat berbeda dari kebanyakan anak seusianya ? Ataukah memang ada hal yang ia belum kemukakan untuk kita semua ? Who Knows ?
Untuk masyarakat modern tentu saja air mujarab dan batu ajaib dari Ponari hanyalah sebuah sugesti dari kesembuhan yang mereka dapat. Keyakinan pikiran dan psikologi mental akan kesembuhan itulah yang bisa menyebabkan penurunan kadar penyakit yang dimiliki oleh si penderita. Namun bagi sebagian orang, Ponari memang dianggap sebagai anak sakti yang dikirim khusus untuk membantu menyembuhkan berbagai penyakit dengan segala kelebihan yang dimilikinya. Air mujarab Ponari dan batu ajaib adalah "modal kerja" yang menjadi obat kesembuhan segala penyakit. Dari beberapa pengakuan beberapa orang yang telah sembuh dari penyakit, mereka makin percaya bahwa Ponari memanglah anak yang benar-benar ajaib.
Tuduhan Eksploitasi pada anak yang dilakukan oleh orang tua Ponari kini berhembus karena mereka dianggap telah mengeruk keuntungan dari Fenomena anak mereka yang dianggap ajaib oleh sebagian orang. Layaknya artis cilik yang sedang naik daun, maka orang tua Ponari dianggap telah bertindak sebagai seorang manajer artis yang sedang berusaha mempopulerkan anaknya lewat kejadian alam yang dimiliki oleh Ponari. Kak Seto sebagai Ketua Komnas perlindungan anak mengatakan, tuduhan eksploitasi tersebut bisa terjadi jika memang terbukti ada pengekangan kebebasan dan pemaksaan kepada Ponari untuk terus melayani pasien-pasien yang setiap hari datang kerumahnya dan melarang haknya sebagai seorang anak untuk bermain atau menikmati hari-hari ceria bersama teman2nya. Tuduhan eksploitasi tidak bisa terbukti jika sang anak memang menyukai rutinitas yang ia lakukan dan itu ia lakukan bukan hasil paksaan pihak lain.
Ketika dimintai keterangan seputar rutinitas yang saat ini ia kerjakan, sang Dukun cilik ponari inipun mengatakan bahwa ia merasa senang bisa bertemu banyak orang dan membantu orang-orang yang berharap kesembuhan dari dirinya setiap hari. Memang tidak terpancar sebuah tekanan ketika ia mengatakan hal tersebut. Tidak terkesan ia memberikan sebuah jawaban yang telah diatur susunan katanya. Apakah memang Ponari menyukai aktivitas yang sangat berbeda dari kebanyakan anak seusianya ? Ataukah memang ada hal yang ia belum kemukakan untuk kita semua ? Who Knows ?
No comments:
Post a Comment