Setelah posting artikel mengenai Cewek Psiko, sejenak blogwalking ke beberapa blog sahabat dan senior untuk sekedar menengok dan belajar sesuatu dari sana. Tapi ketika masuk kedalam blog Bang Zalukhu dan melihat postingannya yang berjudul Di Titik Nadir, ada hal yang menarik untuk membaca kalimat demi kalimat yang ada dalam tulisan Bang Zal kali ini. Bang Zalukhu yang adalah salah satu blogger senior yang Achiles hormati terlihat sangat berbeda kali ini. Tidak ada senda gurau dan sikap cuek ala Bang Zal dalam artikelnya kali ini. Curhatan mengenai Titik Nadir diekspos lewat pengalaman yang baru saja ia alami. Sempat berpikir sejenak, bagaimana seorang blogger sekelas Bang Zal bisa mengalami suatu titik nadir yang sangat menyakitkan ? Titik dimana seseorang seakan kembali kedalam ketidak berdayaan sebagai seorang manusia.
Nadir dalam kamus besar bahasa Indonesia berarti titik yg paling rendah dr bulatan cakrawala (bola langit) yg terletak tepat di bawah kaki pengamat; titik kaki. Inilah saat paling buruk dan paling sulit dalam fase kehidupan manusia. Kemarahan, kebencian dan sikap antipati biasanya berkumpul dalam hati dan pikiran. Ledakan emosi sulit untuk dikontrol dan biasanya ( kalau seseorang tidak kuat ) diiringi dengan tindakan2 bodoh lainnya. Kita merasa seperti seorang yang hidup sendiri dalam suatu keramaian. "Mendung seakan menjadi teman, karena matahari tertutup awan" kata iwan fals dalam lagu Kupu-kupu Hitam dan Putih.
Sebagai seorang yang pernah mengalami titik nadir dalam kehidupan ( semoga tidak ada titik nadir berikutnya ), Saya sangat mengerti bagaimana perasaan seorang Bang Zalukhu ketika mengalami itu semua. "Mencari pegangan, mencoba untuk bersandar, langit makin hitam, aku jadi berharap pada hujan" kalimat yang terangkai dalam pikiranku saat mengalami titik nadir dalam kehidupan. Langit bagaikan tanpa Penguasa dan bumi bagaikan tanpa Raja. Titik nadir itu semakin menyakitkan jika hal tersebut melibatkan keluarga, kakak, ponakan serta sahabat2 terbaik dalam hidup kita. Kita bagaikan kain kotor yang sulit untuk dibersihkan oleh pemutih sekalipun. Fisik dan Hati sahabat2 mulai pergi dan menjauh, bahkan tak jarang ada yang mencaci maki dan membuat gosip berantai dari Sabang sampai Merauke.
Tidak ada manusia yang memilih untuk berada dalam titik nadir, dan tidak ada yang bermimpi dan bisa memprediksikan kapan titik nadir itu akan kita alami. Titik itu datang saat kita mulai melepas pegangan kita terhadapNya. Titik itu hadir disaat kenyamanan kemanusiaan kita mulai mendominasi pikiran dan hati kita. Inilah sebuah bukti bahwa manusia hanyalah makhluk lemah yang tidak pernah bisa tahu kejadian apa yang akan terjadi pada detik didepannya. Kita tidak pernah sadar bahwa apa yang sudah kita capai dan dapat itu adalah dari, oleh dan untuk Dia. Dan setelah titik nadir ini terjadi, kita bingung untuk mencari sehelai daun untuk menutupi kemaluan kita sebagai manusia yang penuh dengan kelemahan.
Achiles pribadi tidak tahu secara jelas masalah dari Bang Zal, namun secara pribadi, saya menaruh simpati terhadap senior saya ini dan mencoba menguatkan lewat sebuah artikel titik nadir yang juga pernah saya alami. Semoga kita bisa bangkit, dan tidak melakukan perbuatan bodoh lainnya. Dan kita semua berharap agar titik ini tidak menjadi sebuah garis yang sulit terpotong. Ayo Bang Zal, kamu bisa :D . Dan satu pertanyaan untuk kita semua, sudahkah kita siap jika titik nadir itu hadir dalam hidup kita ?
Nadir dalam kamus besar bahasa Indonesia berarti titik yg paling rendah dr bulatan cakrawala (bola langit) yg terletak tepat di bawah kaki pengamat; titik kaki. Inilah saat paling buruk dan paling sulit dalam fase kehidupan manusia. Kemarahan, kebencian dan sikap antipati biasanya berkumpul dalam hati dan pikiran. Ledakan emosi sulit untuk dikontrol dan biasanya ( kalau seseorang tidak kuat ) diiringi dengan tindakan2 bodoh lainnya. Kita merasa seperti seorang yang hidup sendiri dalam suatu keramaian. "Mendung seakan menjadi teman, karena matahari tertutup awan" kata iwan fals dalam lagu Kupu-kupu Hitam dan Putih.
Sebagai seorang yang pernah mengalami titik nadir dalam kehidupan ( semoga tidak ada titik nadir berikutnya ), Saya sangat mengerti bagaimana perasaan seorang Bang Zalukhu ketika mengalami itu semua. "Mencari pegangan, mencoba untuk bersandar, langit makin hitam, aku jadi berharap pada hujan" kalimat yang terangkai dalam pikiranku saat mengalami titik nadir dalam kehidupan. Langit bagaikan tanpa Penguasa dan bumi bagaikan tanpa Raja. Titik nadir itu semakin menyakitkan jika hal tersebut melibatkan keluarga, kakak, ponakan serta sahabat2 terbaik dalam hidup kita. Kita bagaikan kain kotor yang sulit untuk dibersihkan oleh pemutih sekalipun. Fisik dan Hati sahabat2 mulai pergi dan menjauh, bahkan tak jarang ada yang mencaci maki dan membuat gosip berantai dari Sabang sampai Merauke.
Tidak ada manusia yang memilih untuk berada dalam titik nadir, dan tidak ada yang bermimpi dan bisa memprediksikan kapan titik nadir itu akan kita alami. Titik itu datang saat kita mulai melepas pegangan kita terhadapNya. Titik itu hadir disaat kenyamanan kemanusiaan kita mulai mendominasi pikiran dan hati kita. Inilah sebuah bukti bahwa manusia hanyalah makhluk lemah yang tidak pernah bisa tahu kejadian apa yang akan terjadi pada detik didepannya. Kita tidak pernah sadar bahwa apa yang sudah kita capai dan dapat itu adalah dari, oleh dan untuk Dia. Dan setelah titik nadir ini terjadi, kita bingung untuk mencari sehelai daun untuk menutupi kemaluan kita sebagai manusia yang penuh dengan kelemahan.
Achiles pribadi tidak tahu secara jelas masalah dari Bang Zal, namun secara pribadi, saya menaruh simpati terhadap senior saya ini dan mencoba menguatkan lewat sebuah artikel titik nadir yang juga pernah saya alami. Semoga kita bisa bangkit, dan tidak melakukan perbuatan bodoh lainnya. Dan kita semua berharap agar titik ini tidak menjadi sebuah garis yang sulit terpotong. Ayo Bang Zal, kamu bisa :D . Dan satu pertanyaan untuk kita semua, sudahkah kita siap jika titik nadir itu hadir dalam hidup kita ?
No comments:
Post a Comment