Friday, January 9, 2009

Post Power Syndrom

Post Power syndrom adalah syndrom yang diderita oleh orang2 yang sulit melupakan masa jayanya. Power yang dimiliki pada eranya membuatnya sulit menerima orang lain yang kini menggantikan dirinya. Post power Syndrom biasanya dialami oleh orang2 penting yang pada jamannya memberikan pengaruh cukup luas untuk orang lain. Atau juga bisa dialami oleh orang2 yang berhasrat ingin diakui keberadaannya sebagai bagian penting dilingkungan dimana si penderita Post Power Syndrom ini berada. Banyak pemimpin2 dunia atau tokoh masyarakat yang mengalami hal seperti ini. Merasa terus layak dihormati dan dikenang, merasa tidak ingin tergantikan dll. Gejala orang yang mengalami Post Power Syndrom adalah terus memantau perkembangan lingkungan dimana dia berada dan terkadang melakukan intervensi hingga distorsi kepada orang yang dia rasa saat ini dipandang sebagai orang yang berpengaruh menggantikan keberadaannya. Menurut ilmu psikologi, Post Power Syndrom adalah krisis mental perkembangan yang dialami seseorang yang tidak ingin beranjak dari comfort zone nya.

Artikel Post Power Syndrom ini mengingatkan Achiles dengan dongeng nenek Achiles sebelum tidur. Disuatu wilayah ada seorang jendral bintang 3 yang cukup dikenal oleh masyarakat luas. Dia dikenal karena dapat memiliki jabatan itu dalam usianya yang cukup muda walaupun jabatannya bukan didapat karena ada suatu pertempuran yang sudah pernah dilaluinya atau bisa dibilang sang jendral ini tidak tahu menahu (namun sok tahu) soal medan pertempuran. Hanya karena dia sudah cukup lama diwilayah kemiliteran, maka pemerintah memberikan jabatan jendral bintang 3 kepadanya.

Suatu saat ada seorang tentara baru yang hadir diwilayah kemiliteran tersebut. Tentara ini sukanya bertempur dan bertempur walaupun sebelumnya dia sama sekali tidak pernah belajar perang. Semangat belajar dari kanan-kiri tentang teknik perang dan strategi perang membuatnya semakin tahu bagaimana teknik terbaik memenangkan sebuah peperangan. Dia akan senang sekali jika komandannya selalu melibatkan dirinya dalam setiap pertempuran, baik itu pertempuran kecil maupun pertempuran besar. Terkadang tentara baru ini mengalami kemenangan dalam pertempuran bersama rekan2nya, namun tidak jarang pula ia mengalami kegagalan dan kekalahan perang. Tetapi di mata masyarakat, tentara ini mulai lebih dikenal karena semangatnya dalam terlibat peperangan dibanding sang Jendral bintang 3 yang lebih suka duduk di kursi Comfort zone nya dan tidak ingin meningkatkan kemampuannya dengan terus belajar dan belajar lagi.

Akhirnya suatu saat pemerintah memberikan lencana jendral bintang 4 kepada tentara baru ini karena sudah banyak jejak pertempuran yang pernah ia dilakukan. Sang jendral muda bintang 3 pun mulai merasa tersaingi kepopulerannya karena pemerintah tidak menaikkan jabatan jendral bintang 3 nya padahal kalau dari segi persenjataan yang dipunyainya, jendral muda bintang 3 ini mempunyai senjata yang lebih kuat dibanding tentara baru. Namun apalah guna senjata yang baik jika tidak pernah di gunakan dalam sebuah pertempuran.

Mulailah Post Power Syndrom menjangkiti sang jendral muda bintang 3. Setiap hari kerjanya hanya mengkritik dan mengkritik namun tidak ada bentuk kongkret contoh yang baik dari dalam dirinya. Senyumnya yang dulu kini menjadi senyum sinis. Post Power Syndrom menggerogoti hati semangat awal jabatan jendralnya. Comfort zone yang dia miliki mulai membawa ia dalam sebuah kemunduran. Namun suatu saat ia mulai belajar dan belajar lagi. Belajar dari orang2 yang dulu ia remehkan keberadaannya. Belajar memahami apa arti pentingnya sebuah pembelajaran dan menghormati seseorang yang menikmati hasil pembelajaran yang lebih banyak dari yang ia dapatkan.

Seringkali dongeng sebelum tidur ini mengingatkan Achiles bahaya sebuah Post Power Syndrom. Karena didalam Post Power Syndrom biasanya di iringi dengan penyakit hati yaitu penyakit iri, penyakit sinis dll. Didalam pemilu 2009 yang nanti akan kita lihat bersama ini, apakah Post Power Syndrom juga akan muncul kepermukaan ? Ataukah Post Power Syndrom sebenarnya juga sedang menggerogoti hati kita masing-masing ? Sebuah pertanyaan yang sia-sia kembali.

No comments:

Post a Comment